Naga di masjid Agung Solo

Ruang utama pada pada masjid agung memiliki pintu sejumlah 9 buah yaitu 5 (lima ) pintu di depan, 3 (tiga) pintu menghadap ke utara dan 3 pintu menghadap ke selatan (ke arah pawestren). Jika dilihat dari sisi dalam ruang, masing – masing pintu terdapat kaligrafi pada bagian atasnya. Daun pintu pada urutan genap beragam hias utama kepala naga dengan posisi agak merunduk dan membuka mulut memperlihatkan gigi-giginya yang tajam berderet pada rahangnya yang panjang diantara sulur-suluran yang lebat. Sebuah ragam hias ganjil yang ditempatkan pada pintu urutan genap, berpasangan berhadap-hadapan. Secara pasti semua orang akan diingatkan pada pintu masjid Wali di kota Demak. Hanya saja bentuk kepala naga ini tidak sama persis dengan motif kepala naga di masjid Wali dengan perbedaan tanpa adanya api di mulutnya. Motif naga pada pintu ini juga dapat merupakan upaya menggantikan posisi kala seperti pada bangunan candi. Hanya saja terlihat tidak ada keberanian meletakkan motif ini pada bagian atas pintu sehingga diterapkan pada daun pintunya saja. Hal ini memperlihatkan bahwa secara sadar atau tidak mereka pembuat atau yang menyuruh membuat ukiran mengikuti pola hiasan candi dengan menempatkan naga sebagai hewan penjaga bangunan milik kerajaan ini. Motif ini diharapkan dapat mengingatkan semua orang yang akan masuk ke dalam ruang ibadah utama untuk selalu waspada terhadap bahaya yang selalu mengancam kehidupannya. Pada bagian atas pintu tepatnya pada mahkotanya terdapat kaligrafi bertuliskan kata mutiara berisikan peringatan untuk hidup sederhana dan menjauhi ketamakan. Sehingga lengkap sudah upaya mengkomunikasikan etika hidup Kejawen dengan ragam hias yang memanfaatkan bidang-bidang komponen pintu utama masjid Agung ini.