The Characteristics Of Ill-defined Problems
Dalam dunia desain, perumusan masalah menjadi hal utama sebelum pemilihan metode (desain)yang akan diterapkan. Nigel Cross (2005) mengidentifikasi sifat-sifat perumusan masalah yang lemah, diantaranya:
1. There is no definitive formulation of the problem
Ketika penentuan masalah dimulai, seringkali tujuan tidak jelas, bahkan hambatan dan kriteria masalah belum diketahui. Konteks masalah terkadang kompleks, tidak teratur, dan sulit dipahami. Pada tahap pemecahannya, ketika telah dirumuskan, masalah yang ada masih belum stabil dan dapat berubah setiap saat.
2. Any problem formulation may embody inconsistencies
Tidak konsistennya masalah yang dirumuskan sering muncul, bahkan terkadang muncul ketika telah memasuki proses pemecahannya.
3. Formulations of the problem are solution-dependent
Cara merumuskan masalah tergantung pada bagaimana memecahkannya. Suatu hal yang sulit untuk merumuskan pernyataan masalah tanpa kejelasan acuan pemecahan.
4. Proposing solutions is a means of understanding the problem
Asumsi terhadap masalah dapat diketahui melalui konsep pemecahan yang diajukan. Banyak hambatan muncul sebagai hasil dari evaluasi terhadap solusi yang ditawarkan.
5. There is no definitive solution to the problem
Solusi-solusi yang berbeda dapat disamakan dengan respon yang benar terhadap penentuan masalah. Tidak ada evaluasi benar-salah yang obyektif dari sebuah solusi. Tetapi solusi dilihat sebagai baik atau buruk, sesuai –tidak sesuai.